satu tahun sudah berlalu

semua kisah
kini sudah menjadi kenangan

biarkan semua itu apa adanya
biarlah yang hitam terlihat berwarna hitam
lalu biarlah yang putih tetap berwarna putih

semua begitu sangat berarti
karena itu biarkan saja tetap seperti itu

kan kujadikan
sebuah pengalaman bagi tahun berikutnya



Kotowaza

石の上にも三年
No matter how hard to achieve something, you can get it if you do it seriously

Kotowaza

西と言ったら東と悟る
Don't just accept what was said by other people, because sometimes there's implicit meaning from that words

aku lelah untuk bergerak
aku lelah untuk berfikir

pikiranku sudah mulai kabur
pandanganku pun sudah mulai buyar

berat rasanya kepala ini
terlalu berat rasanya

Hitam sudah diri ini
mengeras . . .
retak . . .
dan pecah

lalu bertaburan menjadi serpihan yang berserakan

aku tidak tahu harus berbuat apa
aku tidak mengerti apa yang harus dipikirkan

kini
hanya ada malam di hari-hariku
gelap . . .
tanpa cahaya . . .

bisakah aku mengusiknya
atau pun aku meniupnya

ah
rasa-rasanya mustahil

aku lelah untuk bergerak
aku lelah untuk berfikir

aku hanya bisa tersungkur
terdiam menatapi nasibku yang datang

tidak ada perlawanan dariku
ya
memang tidak ada

aku ini sudah lelah
tapi aku masih harus bertahan
kenapa?
apa mungkin bisa bertahan?

rasa-rasanya sedikit mustahil

apa aku diam saja
dan terus begini
aku ingin sebenarnya berubah
tapi keadaanku yang tidak membantuku

kau tahu

aku ini sudah rapuh
bagaimanapun juga aku tidak mungkin bisa
aku hanya sedang belajar untuk ikhlas sekarang

jadi begitu
membiarkan dirimu termakan ke dalam jurang
melepaskan keinginan yang membawamu naik

engkau
sungguh
menyedihkan

ya
aku tahu itu
aku sungguh menyedihkan



hidup itu bergerak
berjalan bagaikan dunia
berputar
dan
berubah

sama halnya dengan manusia
perubahan adalah hal yang biasa
ada awal ada akhir
ada teman ada musuh
ada senang dan juga ada sedih

semua ternyata terhilat berpasangan
ataukah memang begitu apa adanya

itu artinya
akankah berubah menjadi pasangannya?

dari awal menjadi akhir?
dari teman menjadi musuh?
dari senang menjadi sedih?

sudahkah itu terjadi?

jika memang itu akan terjadi
bisakah Kau beri tahu aku kapan itu terjadi?

Malam ini


Taburan bintang menghiasi angkasa
Cahayanya,
Menerangi keindahan malam
Memberi tempat untuk hati yang dalam

Laksana jembatan penghubung dua insan
Cahayanya,
Memberikan jalinan untuk keduanya
Ke dalam satu ikatan cinta

Bila engkau tak sanggunp
Menyampaikan pesan malammu
Maka biarkan bintang
Yang menyampaikannya

Karena malam ini
Melalui bintang malam
Kusampaikan pesan ini
Hanya kepadaMu

Love is more then word

For me
Love is how to care her
For me
Love is how to make her happy
For me
Love is how to make her comfort

Love isn't about to catch her
Love isn't about to make her as I want

But Love is about giving
Love is about sacrifice

And the most important
Love is more then word
That you say I love You

So . . .

It's over makes alone


Sorry for what I've done to you
Can you forgive me?

For you it's over
But for me it's not over

I still love you
But you?

All our memories
Happiness and Loneliness

Tears . . . Smiles . . .

Cry . . . Laugh . . .

Please come back
I miss you a lot

As I've said
It's not over

For me
Past is past

If you're disappointed
Sorry

I've cried
For you

I've laughed
For you

I've change
Just for you

Now I'm alone
Just because of you

Now I'm alone
Without you

If I die
Today

What will you do?

Come after?

Or just pretend not affected

I love you
After you love me

I wish I'm a grass
So
I can cut myself

You're important
To me

I don't know
If I'll be okay

You trade everything
Just for me

I never
Realized that

I love you
I hate you

My only wish for now
to be
with you

This summer had been
My worst nightmare
With this life of mine
Everything had change
You removed my worries

Now . . .
I've threw my dreams

Since . . .
I've done this

I'm lonely for a year
My sunshine becomes my night
My happiness become a crap
Plenty lies . . .

You not here . . .

I'm alone waiting
For you to come back

I know
You can tell I love you

I know
You can feel it too

But please
Don't leave me

Here because
You know I love you

Mohammad Hatta dalam Demokrasi, Keadilan Sosial, Kebangsaan, dan HAM

Nilai-nilai timur dan barat telah membentuk kepribadian serta visi Hatta (1902-1980) tentang keadilan sosial menenai masalah-masalah politik kenegaraan. Hatta sangat percaya bahwa demokrasi adalah sistem politik yang cocok bagi Indonesia dimasa depan. Kepercayaan yang mendalam kepada prinsip demokrasi inilah yang pernah menempatkan Hatta pada posisi yang berseberangan dengan Soekarno, yaitu ketika masa Demokrasi Terpimpin (1959-1966). Hatta menilai sistem Demokrasi Terpimpin sebagai sistem otoriter yang menghalangi sistem demokrasi. Walaupun pendapatnya berbenturan dengan Soekarno, Hatta lebih memilih untuk mengalah terhadap Soekarno. Meskipun tertindas seperti itu, bagi Hatta, demokrasi tidak akan pernah lenyap dari Indonesia.

Menurut Hatta ada tiga sumber pokok demokrasi yang mengakar di Indonesia. Pertama, sosialisme Barat yang membela prinsip-prinsip humanisme, lalu prinsi-prinsip ini juga dinilai sebagai sebagai tujuan dari demokrasi. Kedua, ajaran Islam memerintahkan kebenaran dan keadilan Tuhan dalam masyarakat. Ketiga, pola hidup dalam bentuk kolektivisme sebagaimana terdapat di desa-desa wilayah Indonesia. Ketiga sumber inilah yang akan menjamin adanya demokrasi di Indonesia. Bagi Hatta, ketiga hal tersebut merupakan suatu kombinasi organik yang memberi pengaruh besar dan bercorak sosio religius. Hal ini memberi keyakinan bahwa demokrasi telah lama ada di Indonesia, dan tidak terbatas hanya di desa-desa. Jika pada kenyataannya 70% rakyat indonesia tingal di desa-desa, maka harusnya sistem demokrasi adalah sistem yang paling cocok bagi Indonesia.

Periode demokrasi terpimpin dan periode demokrasi Pancasila (Orde Baru) ditandai oleh berlakunya sistem politik otoriter dengan budaya feodalisme baru. Hatta sangat prihatin melihat perkembangan politik kurang pantas seperti itu, tetapi kedua regim tersebut tidak mau mendengar pendapat Hatta, yang pada akhirnya mereka hancur dengan cara yang destruktif.

Pemikiran Hatta tentang keadilan sosial dapat terlihat pada saat beliau berbicara tentang Pancasila, suatu dasar yang dijunjung secara sungguh-sungguh baik secara teori maupun praktek. Bagi Hatta sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” merupakan prinsip yang membimbing cita-cita kenegaraan di Indonesia. Prinsip spiritual ini memberikan bimbingan kepada semua pihak bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Lalu, sila “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” adalah kelanjutan dari sila pertama sebagai prakteknya. Begitu pula sila ketiga dan keempat. Sedangkan sila kelima yakni “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,” menurut Hatta, menjadi tujuan akhir dari ideologi Pancasila.

Hatta adalah sosok pemimpin yang tidak takut berhadapan dengan situasi terburuk sekalipun. Pada dasarnya Hatta adalah seorang demokrat yang cinta damai dalam memperjuangkan perubahan. Tetapi bila tidak ada jalan lain, kekerasan pun bukanlah halangan demi mencapai kebenaran dan keadilan. Seperti pada masa revolusi, Hatta menyampaikan pidatonya sebagai ketua Perhimpunan Indonesia di Negeri Belanda pada tanggal 17 Januari 1926.
Aku telah menyebutkan bahwa imperialisme Barat harus disudahi untuk kepentingan kemanusiaan dan setiap bangsa yang terjajah mempunyai kewajiban untuk memerdekakan diri. Dan karena itu Indonesia harus mencapai kemerdekaannya atas dasar kemanusiaan dan peradaban. Dan aku kuatir bahwa satu-satunya jalan untuk melaksanakan itu … tidak lain kekerasan”
Menurut Hatta bangsa yang ingin merdeka secara keseluruhan harus mengalami sosialisasi. Jika tidak demikian, kemerdekaan itu hanyalah menjadi milik sekelompok kecil dari orang-orang tertentu. Hatta ingin agar kemerdekaan itu menjadi milik semua kalangan, tanpa melihat perbedaan suku, agama, dan latar belakang sejarah. Dengan demikian nasionalisme Indonesia dapat difungsikan pada tindakan nyata.
Dalam masalah kebangsaan, Hatta menunjuk teori-teori Sarjana Barat Ernest Renan, Offo Bauer dan Lothrop Stoddard. Hatta menegaskan bahwa bangsa ditentukan oleh kesadaran sebagai suatu persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu kesadaran yang muncul karena percaya atas persamaan nasib dan tujuan. Kesadaran yang bertambah besar karena keberuntungan atau kemalangan yang sama-sama didapat. Yakni kesadaran terhadap riwayat bersama yang tertanam dalam hati dan otak.

Menurut Hatta batas negara yang harusnya dibentuk hanya mencakup wilayah Hindia Belanda saja. Beliau menolak pemikiran Mohammad Yamin yang menghendaki perluasan wilayah Indonesia. Pendapat Yamin dikhawatirkan akan memberi kesan imperialisme yang selama ini mereka tentang habis-habisan. Bahkan Hatta berpendapat bahwa, apabila Papua (Irian Barat) karena suatu hal tidak bersedia masuk menjadi bagian Indonesia, seharusnya hal tersebut bukan merupakan masalah. Yang terpenting menurut Hatta, jangan ada pemaksaan untuk bergabung dengan negara yang akan dibentuk, sebab wilayah bekas jajahan Hindia Belanda untuk negara Indonesia sudah cukup luas.

Menurut Hatta, sejarah dunia cukup memberi bukti pada setiap bangsa yang dinamis untuk kemerdekaan bangsanya. Cita-cita internasionalisme pada akhirnya kalah oleh semangat kebangsaan. Bung Hatta mendukung pernyataan tersebut, Beliau menunjuk kepada ketidakberhasilan Partai Buruh di Inggris untuk manjalin persaudaraan dengan orang-orang Irlandia. Hatta memandang bahwa cita-cita persatuan kemudian muncul dari negeri Industri, ketika rakyat yang mejadi buruh sebenarnya bukan terlepas dari hukum feodalisme, melainkan berubah menjadi sistem pabrik dan disiplin kerja. Sebagai rujukan Bung Hatta dalam hal ini adalah negara Inggris yang merupakan negara Industri. Sedangkan rujukannya untuk negeri agraris yang lambat persatuannya adalah Italia. Jadi kedudukan bangsa tidak ditentukan oleh bahasa yang sama, dan agama yang serupa, melainkan oleh kemauan untuk bersatu, dimana ada kemauan untuk bersatu dalam ikatan yang bernama bangsa, maka disanalah akan muncul kebangsaan.

Dalam masalah HAM, usaha Hatta yang paling terlihat adalah memasukkan beberapa ketentuan HAM ke dalam UUD yang pada saat itu sedang disusun. Ketika itu mayoritas peserta sidang tidak memperdulikan masalah HAM, karena menganggap bahwa masalah tersebut sangat bersifat Barat, yang pada waktu tersebut seolah menjadi barang yang haram untuk ditiru. Soepomo yang mengajukan bentuk negara yang integralistik menganggap bahwa HAM tersebut dianggap berlebihan, dan akan berdampak negative karena sebagai hak-hak perorangan akan membawahi kepentingan bersama. Pendapat Soepomo didukung oleh Soekarno yang menganggap bahwa hal individualis akan menimbulkan konflik dalam negara, jika masalah HAM dimasukan ke dalam UUD. Sedangkan Hatta menganggap bahwa hal tersebut sangat penting untuk dimasukan ke dalam UUD. Usul Bung Hatta mendapat dukungan dari Mohammad Yamin. Akhirnya karena usaha yang keras Bung Hatta, Indonesia memiliki pasal 28 UUD 1945 yang berbunyi “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Tanpa pasal 28 UUD 1945, hanya akan menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang kekuasaannya diberikan kepada para pemimpin, kekuasaan dengan asumsi para pemimpin adalah negarawan tanpa pamrih pribadi.

Pada tulisan Hatta “Tuntut Kemerdekaan Pers” (1931) Hatta menulis, “Kemerdekaan tiap-tiap orang berbicara menulis mencetak dan membentangkan pikirannya, sedangkan yang ditulisnya itu tidak guna diperiksa lebih dulu oleh yang berkuasa”. Hal ini berhubungan dengan usahanya dalam sidang BPUPKI ketika Hatta mengusulkan untuk memasukkan masalah tersebut, yang pada akhirnya kemudian kita kenal dengan pasal 28 UUD 1945.

Masalah lain yang diperjuangkan Hatta dalam rangka penyusunan UUD 1945 adalah dengan keberhasilannya memasukkan masalah ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada pasal 33 sebelum diamandemen yang berbunyi:
  1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.
  2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
  3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat.
Dari isi pasal 33 ini sangat jelas bahwa HAM dalam pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia cukup dijamin. Dari sinilah terbukti keberhasilan Hatta yang sangat nyata dalam memperhatikan rakyat, yakni terwujud dalam UUD 1945.

Hegelisme - Roh Mutlak

Dalam filsafatnya tentang absolut dan roh mutlak, Hegel juga menyatakan bahwa yang absolut adalah totalitas, yaitu seluruh kenyataan. Seluruh kenyataan ini dipahami hegel sebagai suatu “proses menjadi”. Namun Hegel tidak hanya menggambarkan pada suatu proses saja melainkan apa yang menjadi tujuan dalam proses itu sendiri. Kemudian Hegel memahami yang absolut adalah sebagai subjek di mana objeknya adalah dirinya sendiri. Sehingga hegel membuat pernyataan bahwa yang absolut adalah subjek yang memikirkan dirinya sendiri atau pikiran yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, Hegel mengartikan yang absolut adalah roh mutlak. Karena roh mutlaklah yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain pikiran tentang memikirkan dirinya sendiri itu berasal dari roh mutlak, sehingga yang absolut adalah roh mutlak.
Jika dikatakan bahwa yang absolut adalah roh, maka roh dapat diartikan juga sebagai realitas. Bagi hegel sendiri realitas adalah roh yang menyadari dirinya sendiri. Dalam hal ini Hegel terlihat telah mengabstraksikan segala sesuatu menjadi abstrak dan meninggalkan hal yang konkret. Hegel seperti membalik cara berpikir pada umumnya. Karena pada umumnya beranggapan bahwa roh, yang diartikan hegel sebagai sesuatu yang real, dianggap sebagai hal yang tidak real.

Hegelisme - Dialektika Ide dan Roh Mutlak

Georg Wilhelm Friendrich Hegel (1770-1831) adalah seorang filusuf dari jerman. Ia menggunakan metode dialektika ide sebagai metode filsafatnya. Menurut Hegel dialektika adalah dua hal yang sebenarnya dipertentangkan kemudia didamaikan menjadi satu. Ada istilah tesis atau pengiyaan, anti-tesis yang menjadi lawan dari tesis yang berarti pengingkaran, dan kemudian melebur menjadi sintesis atau kesatuan kontradiksi. Proses ini selalu berulang secara terus menerus, karena sebenarnya sintesis yang berasal dari tesis dan anti tesis sebelunya ini merupakan suatu tesis yang baru lagi, dimana nanti akan ada anti-tesis lainya yang menjadi lawan dari tesis tersebut. Lalu dari kedua tesis dan anti-tesis tersebut, akan menimbulkan sistesis baru lagi. Sistesis tersebut juga merupakan tesis baru lagi, dan begitulah seterusnya. Proses tersebut akan terus menerus terjadi.

Metode dialektika ide memang suatu proses yang terus terjadi dari hubungan antara tesis, anti-tesis dan sintesis. Tesis dan anti-tesis merupakan faktor dari sintesis, sehingga sintesis terjadi akibat dari adanya tesis dan anti-tesis. Tetapi penyebab utama dari sintesis adalah anti-tesis yang menjadi lawan dari tesis, karena anti-tesis tersebut merupakan sesuatu pemberontakan yang menuntut adanya perubahan yaitu sintesis tersebut. Jika keberadaan anti-tesis belum menampakan diri sebagai lawan dari tesis, maka tidak akan terjadi pertikaian antara tesis dan anti-tesis, sehingga keberadaan tesis pun tidak akan merasa terancam oleh anti-tesis, sehingga tidak akan tercipta sintesis yang baru, dan akan tetap menjadi tesis yang lama sampai waktunya muncul anti-tesis. Kemudian apabila anti-tesis sudah muncul sebagai lawan dari tesis, tetapi anti-tesis tersebut belum mempunyai kekuatan yang cukup, akibat dampak dari tesis terhadap anti-tesis, untuk melakukan suatu perubahan, maka sintesis yang baru pun belum terjadi. Dengan kata lain, faktor yang menyebabkan cepat atau lambatnya sintesis muncul adalah anti-tesis, karena apabila anti-tesis tersebut belum menginginkan secara matang adanya perubahan, maka keberadaan sintesis pun belum muncul.

Dalam filsafatnya tentang absolut dan roh mutlak, Hegel juga menyatakan bahwa yang absolut adalah totalitas, yaitu seluruh kenyataan. Seluruh kenyataan ini dipahami hegel sebagai suatu “proses menjadi”. Namun Hegel tidak hanya menggambarkan pada suatu proses saja melainkan apa yang menjadi tujuan dalam proses itu sendiri. Kemudian Hegel memahami yang absolut adalah sebagai subjek di mana objeknya adalah dirinya sendiri. Sehingga hegel membuat pernyataan bahwa yang absolut adalah subjek yang memikirkan dirinya sendiri atau pikiran yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain, Hegel mengartikan yang absolut adalah roh mutlak. Karena roh mutlaklah yang memikirkan dirinya sendiri. Atau dengan kata lain pikiran tentang memikirkan dirinya sendiri itu berasal dari roh mutlak, sehingga yang absolut adalah roh mutlak.

Jika dikatakan bahwa yang absolut adalah roh, maka roh dapat diartikan juga sebagai realitas. Bagi hegel sendiri realitas adalah roh yang menyadari dirinya sendiri. Dalam hal ini Hegel terlihat telah mengabstraksikan segala sesuatu menjadi abstrak dan meninggalkan hal yang konkret. Hegel seperti membalik cara berpikir pada umumnya. Karena pada umumnya beranggapan bahwa roh, yang diartikan hegel sebagai sesuatu yang real, dianggap sebagai hal yang tidak real.